Friday, April 3, 2009

Orang Islam Minta Batuan Kepada Ghairul Islam

Tidak ada salahnya kaum muslimin baik sebagai pemerintah maupun sebagai rakyat biasa minta bantuan kepada golongan ghairul Islam dalam bidang pengetahuan yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan agama (tidak merugikan agama), misalnya ilmu kedokteran, perindustrian, pertanian dan lain-lain. Sekalipun sebaiknya ummat Islam dapat berdiri sendiri dalam hal-hal tersebut.
Dalam sirah nabawiyah (sejarah perjalanan nabi), bagaimana beliau bisa menggaji Abdullah bin Uraiqith padahal dia seorang musyrik untuk menjadi pemandu dalam hijrahnya.
Justru itu para ulama berpendapat: karena kufurnya seseorang tidak berarti samasekali tidak boleh dipercaya dalam setiap hal. Sebab sedikitpun tidak ada bahayanya orang kafir menunjukkan jalan. Apalagi seperti jalan hijrah ke Madinah.
Kebanyakan para ulama membenarkan kepala negara Islam minta bantuan kepada ghairul muslimin khususnya ahli kitab dalam bidang kemiliteran, dan mereka pun harus diberi ghanimah (harta rampasan perang) seperti tentera Islam juga.
Az-Zuhri meriwayatkan, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah minta bantuan kepada orang-orang Yahudi dalam bidang militer dan memberinya ghanimah. Dan Shafwan bin Umaiyah pernah berperang bersama Nabi dalam peperangan Hunain, dan tetapi ia menjadi tentara sekutu Nabi. (Riwayat Said dalam sunannya).
Namun disyaratkan, orang yang diminta bantuan itu haruslah orang yang beri'tikad baik terhadap kaum muslimin. Kalau tidak, sudah barang tentu tidak boleh minta bantuannya. Sebab kalau kita sudah tidak boleh minta bantuan kepada orang Islam yang tidak dapat dipercaya, misalnya orang yang meninggalkan perang dan suka menyiarkan berita-berita bohong, apalagi minta bantuan kepada orang kafir yang bersifat demikian?! (al-Mughni 8:41).
Orang Islam dibenarkan juga memberi hadiah kepada ghairul Islam dan begitu juga menerima hadiah dari mereka. Sebab Rasulullah s.a.w. sendiri pernah menerima hadiah dari raja kafir. Bahkan ahli-ahli hadis mengatakan: hadis-hadis yang menerangkan Nabi pernah menerima hadiah dari orang kafir itu sangat banyak. Di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadanya:
"Sungguh saya pernah memberi hadiah kepada raja Najasyi sebuah baju dan beberapa uqiyah dari sutera ..." (Riwayat Ahmad dan Thabarani)
Islam selalu menghargai manusia dari segi kemanusiaannya, bagaimana pula kalau dia itu ahli kitab atau kafir dzimmi?
Pernah ada suatu jenazah diusung di hadapan Nabi, kemudian Nabi berdiri. Salah seorang sahabat ada yang bertanya: Ya Rasulullah! Itu adalah jenazah Yahudi! Jawab Nabi: Bukankah dia manusia juga?! Benar! Karena setiap manusia dalam Islam mendapat tempat dan penghormatan.

Syah Waliullah

Dr. lqbal, penyair dari Timur, menggambarkan Kaisar Aurangzeb yang terkenal itu bagaikan anak panah terakhir dalam getaran kekuasaan Islam di India. Kekuatan-kekuatan anti-Islam yang menonjol selama pemerintahan Kaisar Akbar, Jahangir dan Dara Shikah, telah dihentikan oleh Au-rangzeb, seorang raja Muslim yang jujur, teliti, bicaranya hati-hati dan bijaksana.
Dengan wafatnya Aurangzeb 1709 Masehi, timbul kekacauan politik yang kemudian memuncak dengan runtuhnya kekuasaan Muslim di Subkondnen itu. Keadaan politik yang berantakan itu adalah akibat kekacauan rohani masyarakatnya. Para pengganti Aurangzeb ternyata terlalu lemah dan tidak mampu menghadapi berbagai kekuatan yang memberontak. Dalam periode krisis sejarah Islam seperti itulah, lahir Shah Waliullah, seorang aili pikir terbesar yang dihasilkan India Islam, dan sangat besar pula jasanya. dalam penyatuan kembali susunan Islam.
Shall Waliullah dilahirkan pada tahun 1703 Masehi, empat tahun sebelum kecnadan Aurangzeb. Kakeknya bernama Syeikh Wajihuddin, perwira tinggi dalam ketentaraan KaisarJahangir, dan pembantu Aurangzeb dalam perang perebutan takhta. Ayah Waliullah, Shah Abdur Rahim, sufi dan sarjana terkenal yang telah membantu menyusun Fatwa-i-Alamgiri, buku tebal mengenai Hukum Islam, la menolak undangan istana, dan tetap mengabdikan tenaganya untuk organisasi dan pengajaran pada "Madrasah Rahimia", sebuah sekolah teologi. Sekolah ini yang kemudian memainkan peranan penting dalam emansipasi agama Islam di India. Madrasah ini yang mcaijadi tempat pendidikan pembaharu dan "almujahid" seperti Shah Waliullah, Shah Abdul Aziz, Sayid Ahmad dari Bareli, Maulvi Abdul Haiy, dan Shah Ismail Syahid.
Tentang ajaran Shah Abdul Rahim beserta kakaknya, Maulana Ubaidullah Sindhi menulis: "Inti ajaran kedua bersaudara itu ialah usaha untuk menemukan jalan bersama bagi para filsuf Muslim (para sufi dan para mutakallim) dan para fuqaha (ahli hukum Islam)."
Shah Waliullah mendapatkan pendidikan yang pertama dari ayahnya, yang juga adalah gurunya dan pengarah perkembangan rohaninya yang menjadi dewasa sebelum waktunya. Daya ingatannya kuat, ia hafal Quran pada usia yang sangat muda, tujuh tahun. Selang beberapa waktu setelah ayahnya meninggal dunia, 1131 Hijrah, ketika itu usia Waliullah belum 17 tahun, tapi sudah mulai mengajar di Madrasah Rahmulya milik ayahnya, dan meneruskan tugas ini selama 12 tahun sampai saat kepergiannya ke Arabia untuk studi yang lebih tinggi. Selama berada di Mekkah dan Madinah — ernpat belas bulan — ia berhubungan dengan para guru terkenal di Hejaz. Guru kesayangannya ialah Syeikh Abu Tahir bin lbrahim dari Madinah, dan dari guru ini Shah Waliullah mendapatkan Sanad (titel kesarjanaan) dalam bidang Hadis. Gurunya itu berpengetahuan seperti ensikiopedi. Shah Waliullah banyak sekali menimba manfaat dari padanya, dan mengakui bahwa gurunya teramat saleh, berpandangan luas, dan bakat kesarjanaannya luar biasa.
Sewaktu berada di Mekkah, Shah Waliullah bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkan agar dirinya bekerja bagi organisasi pengembangan masyarakat Islam di India, la pun segera kembali ke Delhi pada 9 Juli, 1732, dan memulai tugasnya dengan sungguh-sungguh. la menghadapi tugas yang teramat berat pada masa di mana Muslimin India sedang dalam keadaan yang paling kritis dalam sejarahnya, begitu juga kondisi struktur sosial, politik, ekonomi, dan spiritual dalam keadaan yang terkoyak-koyak. la mulai mengajar pengetahuan agama dan mempercayakan kepada para muridnya untuk bekerja sebagai muallim yang memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sifat Islam yang sesungguhnya. la menulis buku standar pelajaran agama Islam, dan sebelum meninggal dunia dalam tahun 1762, ia telah menyelesaikan sejumlah besar buku-buku yang menyangkut tentang Islam.
Dedikasinya terhadap pekerjaannya demikian besarnya, sehingga menurut anak lelakinya, yang juga berbakat. Shah Abdul Aziz: "Beliau itu jarang sakit. Sekali beliau duduk untuk bekerja setelah dhuha (shalat setengah matahari terbit), beliau tidak bergeser dari tempatnya sampai tengah hari." la seorang genius, intelektual yang mengabdikan diri bagi tugas pendidikan umat yang terjerumus mendapatkan tuntunan agama Islam yang salah. Adalah tugasnya untuk menghidupkan kembali Islam di subkontinen itu, di mana keadaannya saat itu diliputi kabut filsafat dan tasawuf. la bertekad membawa Islam kepada ajarannya yang mumi.
Kegiatannya tidak hanya terbatas pada bidang kerohanian dan intelektual saja. la hidup dalam zaman yang bergejolak, dan selama hidupnya ia menyaksikan beberapa penguasa yang menduduki singgasana Delhi. Diberkahi dengan pandangan politik yang tajam, ia melihat dengan kesedihan yang mendalam akan kehancuran Islam di subkontinen itu, sehingga ia menulis surat kepada para penguasa politik seperti Ahmad Shah Abdali, Nizam ul Mulk, dan Najibuddaula, agar mereka menghentikan pembusukan yang telah melekat pada kehidupan polidk orang-orang Islam di India.
Berkat seruannya, Ahmad Shah Abdali muncul di medan pertempuran di Panipat, 1761, dan menghentikan impian Marhatta untuk menguasai benua kecil India.
Shah Waliullah itu seorang penulis yang produktif. la menulis dalam dua bahasa, Arab dan Persia. Sampai saat ini, beberapa di antara buku-bukunya itu tersimpan di seluruh wilayah literatur Islam, dan belum terungguli oleh buku lain.
Buku-bukunya dikiasifikasikan ke dalam enam kategori. Yang pertama, mengenai Quran, termasuk di dalamnya terjemahan Quran dalam bahasa Persia, bahasa sastra di Benua India pada waktu itu. Menurut Shah Waliullah, sasaran mempelajari Quran ialah, "Untak mengubah sifat manusia dan meluruskan kepercayaan yang salah, dan mencegah tindakan yang membuat orang teraniaya." Kategori yang kedua, mengenai Hadis. la mewariskan beberapa buku, termasuk tafsir Muwatta dalam bahasa Arab dan bahasa Rusia, kumpulan hadis Imam Malik. la menganggap penting Hadis Imam Malik ini melebihi Hadis Bukhari dan Muslim, la itu seorang Muhaddis (ahli hadis), dan semua muhaddis di anak benua ini dapat ditelusuri keturunannya sampai ke Imam Malik.
Kategori yang ketiga mengenai Fiqh, termasuk Insaf-fi-bayan-isabab-al-ikhtilaf, yang meskipun pendek tetapi merupakan tulisan yang menarik dan informatif tentang riwayat hukum Islam selama kurun waktu lima abad terakhir.
Kategori yang keempat, berkenaan dengan tasawuf. Yang kelima adalah buku-bukunya tentang filsafat Islam dan llm-al-Kalam.
Kategori yang keenam, buku-bukunya tentang masalah Dhia-Sunni yang pada masa itu terasa agak tajam. Teori-teorinya tentang ilmu ekonomi dan sosialisme bersifat revolusioner, sehingga ia bisa dianggap sebagai pendahulu Karl Marks. Syeikh Muhammad lkram mengatakan: "Shah Waliullah menulis buku-buku bermutu tinggi tentang berbagai gerakan yang kukuh dan bermanfaat. Tetapi barangkali tidak kalah pentingnya adalah pandangannya dan cara pendekatannya yang tidak tampak, yang diwariskannya kepada para intelektual Islam di anak benua India - Pakistan itu. Buku-bukunya memiliki wawasan, sikap moderat dan toleransi, tetapi sifat yang mendapat tekanan paling dalam ialah adl dan adalat (keadilan, kewajaran, keseimbangan). Buku-bukunya tercatat sebagai saksi tentang bagaimana cara ia melihat prinsip-prinsip tersebut di dalam praktek. Selalu ia tekankan betapa pentingnya peranan prinsip itu dalam teorinya untuk memelihara struktur sosial."
Shah Waliullah dilahirkan di lingkungan masyarakat Islam yang pada saat itu dikuasai oleh semangat tasawuf. Ayahnya sendiri seorang sufi terkenal. Tapi ketika ia berusia muda, ia terpengaruh oleh lbn Taimiyah, seorang pembaharu. Dan selama ia berada di Hejaz ia berhubungan dengan para guru yang dipengaruhi ajaran Wahabi. Hal-hal inilah yang menghentikan dia untuk terus mengikuti ajaran tasawuf secara buta. la menyadari betapa indahnya penyajian para sufi dalam syiar agania Islam di anak benua itu, dan ia juga tahu betapa perkembangan rohani Islam yang benar bisa dimulai dengan tasawuf. Tetapi toh ia harus kritis terhadap ajaran tasawuf yang berada di tebing ascetisme, dan oleh karena itu menyesatkan Islam yang benar. Dalam Wasiyat Nama (Kehendak) ia mengatakan, "Nasihat (wasiyat) selanjutnya ialah agar orang tidak mempercayakan urusannya kepada siapa pun dan tidak menjadi murid orang-orang suci zaman sekarang yang tidak beres."
Dengan memberikan interpretasi Islam pada ajaran tasawuf. Shah Waliullah menghapus ketidakpedulian yang ditinggalkan para ulama kepada tasawuf dan sufinya. "Maka dengan demikian. Shah Waliullah tidak hanya menjembatani jurang pemisah antara para sufi dan ulama, tapi juga menciptakan suasana harmonis dengan menghapuskan berbagai perbedaan yang ada di antara aliran-aliran tasawuf.
Shah Waliullah terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial dan polidk zaman itu. Sebagai seorang realistis, ia memberikan diagnose terhadap pelbagai penyakit yang merasuki politik masyarakat Islam, dan menganjurkan cara pengobatan untuk kesembuhannya. la mengkritik adat istiadat yang non-Islam yang telah merasuk ke dalam tubuh masyarakat Islam karena hubungannya dengan Hinduisme.
Shah Waliullah berpendapat bahwa perubahan politik harus didahului dengan revolusi pemikiran. Tidak pemah terlintas dalam benaknya bahwa perubahan struktur politik atau struktur sosial harus melalui revolusi berdarah. la menghendaki perubahan sosial yang revolusioner melalui sarana damai. Dalam bukunya yang terkenal Izaalat-al-Khifa ia membahas idiologi revolusi politik yang ia bayangkan.
la menganggap kesadaran diri sebagai syarat mutlak untuk "kesadaran politik". Dibahas juga secara terinci faktor-faktor yang membantu pertumbuhan keadaan masyarakat di dalam bukunya yang abadi Hujjat-Ul-lah-i-Baligah.
Sekolah agamanya. Madrasah Rahimiya, menjadi pusat kebangkitan kembali Islam di anak benua itu. Siswa-siswa datang berkumpul dari segenap penjuru negara, mereka dididik menjadi pembawa obor gerakan kemerdekaan di anak benua itu. Sesungguhnya madrasah itulah yang menjadi inti gerakan revolusioner untuk rekonstruksi pemikiran-pemikiran di dalam agama Islam. Madrasah itu telah menghasilkan pekerja-pekerja ulet yang membawa misi dakwah dengan semangat muallim yang tinggi. Di antara mereka ada Maulana Muhammad Ashiq dari Phulat, Maulana Noorullah dari Budhana, Maulana Amin Kashmiri, Shah Abu Saud Radi Rai Bardi, dan anaknya sendiri. Shah Abdul Aziz, yang dibai'at dalam falsafah agama dan politik oleh ayahnya sendiri.
Shah Waliullah memainkan peranan penting dalam politik pada masanya. Besar bantuannya dalam menempa garis depan persatuan Islam melawan kekuatan Marhatta yang menanjak serta mengancam sisa kekuatan Islam di India bagian Utara. Dialah yang menulis kepada Nijibdauli dan Nizam iil Mulk, yang akhirnya mengundang Ahmad Shah Abdali guna menghancurkan kaum Marhatta di dalam pertempuran Punipat yang ketiga di tahun 1761. Suratnya kepada Ahmad Shah Abdali yang meminta ia supaya mengangkat senjata melawan kekuatan Marhatta yang mengancam di India itu, merupakan dokumen paling penting di abad ke-18. Dokumen itu, secara teliti menganalisa situasi politik di anak benua itu, dan bahaya yang mengancam Islam di India dari segala perijuru. la memilih pemimpin-pemimpm Islam yang paling bersemangat, paling mampu, dan memiliki disiplin paling tinggi pada masa itu untuk melawan kaum Marhatta. Di antara para pemimpin itu adalah Najibuddaula, pemimpin kaum Rohila yang mengagurnkan dan Ahmad Shah Abdali pemimpin orang-orang Pathan yang berani. Usaha-usahanya merencanakan perang pertama melawan kaum Marhatta membawa sukses, dan kehancuran kaum Marhatta di dalam pertempuran Panipat yang ketiga di tahun 1761 menjadi titik balik dalam sejarah anak benua India itu.
Shah Waliullah mendambakan negara ideal seperd zaman khalifah ar-Rasyidun. la selalu berusaha keras menehidupkan negara semacam itu

Fatwa Imam Al-Ghazali

Suatu hari, Imam Ghazali bertanya, pertama. "Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar.Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati.(Al-Imran:185).

Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak mampu kembali ke masa lalu.Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga."Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung,bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu".(Al-A'raf :179).Maka kita harus menjaga hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah,"Apakah yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawapan tersebut hampir benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH"(Al-Ahzab). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu memikul tanggungjawab setelah Allah meminta mereka untuk menjadi khalifah di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka kerana ia tidak mampu memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima ditanya oleh Imam Al-Ghazali adalah,"Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab Kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghazali,tetapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan Solat". Disebabkan pekerjaan kita tinggalkan solat, meeting dan sebagainya.

Kemudian pertanyaan yang keenam dan terakhir ditanya oleh Al- Ghazali adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini? Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang...Benar kata Imam Al-Ghazali, tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Kerana melalui lidah manusia ia bisa menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain.

Ibnu Taimiyah

Abad ke-13 M merupakan periode malapetaka besar bagi sejarah Islam. Dunia Muslim belum lagi pulih dari porak-poranda Perang Salib yang panjang itu, bencana yang lebih buruk datang pula melanda.
Suku Mongol menyerbu negara Muslim, memusnahkan kekayaan intelektual dan cultural yang menumpuk selama berabad-abad pemerintahan Muslim, dan membunuh jutaan kaum Muslimin. Baghdad, kota Seribu Satu Malam yang tersohor itu, kota intelektual dan cultural Metropolitan Islam, tanpa memperhatikan keberatan dunia dirampok oleh Hulaku Khan, sang Mongol, pada 1258 M. Seluruh warisan cultural dan intelektual kota itu dibakar menjadi abu, atau dicampakan ke Sungai Tigris.
Pada kurun waktu dan huru-hara dan bencana sepeti itulah lahir Ibn Taimiyah, seorang pemikir agama yang berpengaruh besar terhadap dunia pemikiran Islam. Pemikir bebas dan penganut kemerdekaan hati nurani. Ia merupakan seorang yang dipertanyakan oleh sebagian ummat, tetapi dimuliakan oleh semuanya, karya serta teladan hidupnya menjadi sumber ilham bagi setiap orang. Dia adalah kepahlawanan yang hidup, yang diuji dalam kesengsaraan dan godaan, dukacita dan penderitaan, yang dipersembahkannya untuk kebaikan agama, kebenaran, dan keutamaan hati nurani manusia.
Ibn Taimiyah lahir di Harra, pada masa mudanya mengungsi karena takut pada suku Mongol, dan tiba bersama orang tuanya di Damaskus pada 1268 M. Ketika itu ia hampir berusia enam tahun. Ia cedas luar biasa, otaknya tajam, dan ingatannya kuat. Pada usia muda Ibn Taimiyah telah menguasai semua ilmu yang ada, agama dan fiqh rasional, teologi, logika, dan filosofi. Karena itu ia berperan penting di antara teman sebayanya. Dalam hal ini ia dibantu oleh ayahnya, ilmuwan utama fiqh Hanbali, disamping memetik manfaat dai ajaran Zain al Din Ahmad, al-Muqaddasi.
Pada 1282 M, ketika ayahnya meninggal, Ibn Taimiyah menggantikan kedudukann sang ayah sebagai guru besar hukum Hanbali dan memangku jabatan ini dalam derajat kemuliaan selama 17 tahun. Tetapi, cara berpikirannya yang bebas, menimbulkan permusuhan dengan penganut Syafi'i, sehingga jabatan itu lepas dari tangannya. Namun waktu itu ia telah terkenal di dunia Islam dan ditugaskan berkotbah jihad melawan suku Mongol yang menyerbu Suriah dan menaklukan Damaskus. Khotbahnya menggembleng rakyat dan menggugah sultan Mesir, Sultan al-Nasir, untuk mengangkat senjata melawan orang-orang Mongol. Pada perang dahsyat di Marj as-Safa, pada 1302 M, Ibn Taimiyah berjuang gagah berani, sehingga pasukan Mongol terusir dan menderita kerugian besar.
Sejak itu hingga akhir hayatnya, mulailah baginya masa "pengadilan" yang keras dan sengsara. Pandangan bebasnya itu seolah-olah menjadi kutukan hidupnya. Ia menyarankan oposisi di berbagai daerah, dan menimbulkan kemarahan para pemuka. Pada 1307 M ia bersama dua saudaranya dipenjarakan selama empat tahun, karena dituduh mempetlikan sifat manusia dengan sifat Tuhan. Setelah bebas ia diangkat menjadi guru besar di sekolah yang didirikan oleh Sultan Mesir.
Setelah tujuh tahun ia diijinkan balik ke Damaskus, bahkan diangkat kembali sebagai guru besar, jabatannya yang dulu. Tetapi se-era pula sengketa besar dengan Sultan membawa dia kembali ke penjara selama beberapa bulan, pada 1320 M.
Sebagai penganut keunggulan hati nurani individual, cara berpikirnya yang bebas itu tidak cocok dengan Muslim ortodoks dan konvensional. Kutukannya yang mematikan terhadap praktek-praktek pemujaan orang suci dan para penganutnya menimbulkan dendam di hati Sultan, yang mengurung dia di benteng Damaskus pada 1326 M. di tempat itulah ia tekun menulis tafsir Qur'an dan surat selebaran lainnya tentang sejumlah pokok pesoalan yang kontroversial. Ia wafat di penjara pada 1327 M. Kabar kematiannya menyuramkan Damaskus, dan sekitar 200.000 orang, mengikuti pemakamannya. Do'a pemakaman dipimpin oleh Ibn al-Wardi.
Kebesaran Ibn Taimiyah terletak pada kemandiriannya dan kebebasan berpikinya. Ia adalah di antara orang-orang mujtahid besar yang pernah dilahirkan Islam, seorang yang menolak taqlid buta. Sebagai seorang penganut madzab Hanbali, ia setia mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah, tak suka berkompromi, dan seorang antropomorfis sejati seperti pendahulu keagamaannya, Imam Hanbal.
Ilmu dan kesenian Yunani diterjemahkan pada masa Abbasiyah. Masalah itu disesuaikan oleh Ibn Taimiyah dengan doktrin Islam atas permintaan mereka yang baru memeluk agama itu.
Jasanya yang terbesar kepada Islam terletak pada peringatannya kepada rakyat, betapa pelunya mereka menyesuaiakan diri dengan kesederhanaan dan kemurnian Islam masa awal, serta secara mutlak mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah.



Prinsip dasar Ibn Taimiyah ialah:

1.Wahyu merupakan sumber pengetahuan agama. Penalaran dan institusi hanyalah sumber terbatas.
2.Kesepakatan umum pada ilmuwan yang terpercaya selama tiga abad perrtama Islam juga turut memberi pengertian tentang asas pokok Islam disamping Al-Qur'an dan As-Sunnah.
3.Hanya Al-Qur'an dan As-Sunnah penuntun yang otentik dalam segala persoalan.
Ia membuang dan sungguh-sungguh mencela pengarruh asing yang korup, serta mencemarkan kemurnian dan kesederhanaan Islam masa awal. Dari Ibn Taimiyah, Muhammad Ibn Abdul Wahhab, seorang pemikir besar abad ke-18, dan sekolah Pembaruan al-Manar di Mesir, mendapat ilham bagi persoalan itu.
Ia terang-terangan menyatakan permusuhan dengan eksponen Muslim berfilosofi yunani. Filosofi, katanya, menimbulkan kebimbangan dan menyebabkan perpecahan dalam Islam. Ia mengkritik keras doktrin Ibn Arabi tentang Kesatuan makhluk. Menurut pendapatnya, kesimpulan Ibn arabi dalam hal ini tidak saja bertentangan dengan ajaran Nabi, tetapi juga dengan doktrin ke-Esa-an Tuhan, seperti yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ibn Taimiyah merupakan tokoh kontroversial dalam dunia Islam. Seorang pemikir bebas yang yakin kepada keunggulan hati nurani individu, dan seorang yang ingin melihat Islam dalam kemuliaan sejati, ia lalu mengecam kepada semua pencemaran dan pengaruh asing yang marasuk ke dalam Islam. Karena sikap inilah ia dicaci, dipukul, dicambuk, dipenjarakan, dan dianiaya lahir batin. Namun ia tetap nekad hidup berhenti menghadapi penganiayaan.

biografi Syaikh Hasan Al-Banna



Dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an.
Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum. Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil.
Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan al Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i'dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa, kisahnya begini :
Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya."(Q. S. Al-An'aam: 52).
Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id, imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap "rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla!
Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul 'Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam.
Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al Ikhwanul Muslimun", bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau.
Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan ! Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Oleh siapa ? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah.
Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. (catatan : M. Natsir di kemudian hari menjadi PM Indonesia ketika RIS berubah kembali menjadi negara kesatuan).
Syahidnya Hasan al Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi kehendak Allah, bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya.
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. QS. Ash-Shaff : 8
Masa-masa sepeninggal Hasan al Banna, adalah masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa, dijebloskan ke penjara, bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer, seorang diktator yang condong ke Sovyet. Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir, dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah, siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri, sehingga dakwah Islam makin tersebar luas.
Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur'an (di bawah lindungan Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah : Al-Qu'an dan Terjemahannya keluaran Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam dakwahnya:
Saya meyakini : Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad SAW junjungan kita, penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq (akan datang). Al-Qur’an itu Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur kehidupan dunia akhirat.
Saya berjanji : Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Qur’an dan berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan para sahabat yang mulia.
Saya meyakini : Sesungguhnya istiqomah, kemuliaan dan ilmu bagian dari sendi Islam.
Saya berjanji : Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk. Memilih dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya. Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan kecuali jika terpaksa, akan selalu mengumandangkan syiar-syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk seluruh lapisan umat ini.
Saya meyakini : Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah, di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya.
Saya berjanji : Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua proyek ekonomi yang islami, dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam kemewahan yang diatas kemampuan saya.
Saya meyakini : Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya, diantara kewajibannya menjaga kesehatan, aqidah dan akhlak mereka.
Saya berjanji : Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya, dengan pelajaran-pelajaran islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa, buletin-buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam.
Saya meyakini : Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan syariatnya, panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam.
Saya berjanji : Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi (risalah) tersebut.
Saya meyakini : Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu, yang diikat dalam satu aqidah islam, bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik (ihsan) kepada seluruh manusia.
Saya berjanji : Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka.
Saya meyakini : Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam, karena jauhnya mereka dari ”dien” (agama) mereka, dan hal yang mendasar dari perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum-hukumnya, itu semua mungkin apabila setiap kaum muslimin bekerja untuk itu.

Integritas Diri:

Intergritas memerlukan keyakinan kuat. Hasan Al Banna menulis Risalah Aqidatuna untuk Integritas.

1.Saya yaqin bahwa seluruh persoalan berada di tangan Allah dan bahwa junjungan kita Muhammad sawa adalah penutup para rasul- Nya untuk seluruh ummat manusia. Hari pembalasan itu benar adanya, Al- Qur’an adalah kitabullah, Islam adalah agama syamil yang mencakup aturan kehidupan dunia akhirat.
2.Saya berjanji untuk menghafal sebagian Al-Qur’an dan berpegang teguh dengan sunnah Rasullullah. Saya berjanji akan mempelajari sirah nabi dan sejarah para sahabat yang mulia.
3.saya yaqin bahwa istiqamah, keluhuran, dan ilmu pengetahuan termasuk rukun Islam.
4.saya berjanji akan menjadi orang yang istiqomah, melaksanakan ibadah, menjauhi kemungkaran, berakhlak luhur, memelihara ibadah semampu saya, dan mengutamakan kasih sayang dari pada berperkara, kecuali bila terpaksa. Saya akan menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.
5.Saya yaqin bahwa seorang Muslim dituntut untuk bekerja dan berusaha, dan dalam hasil usahanya itu adalah hak orang yang meminta-minta dan orang-orang yang tidak beruntung.
6.Saya berjanji akan bekerja untuk kehidupan saya dan berhemat untuk masqa depan saya. Saya akan mendukung semua program ekonomi yang bermanfaat dan saya akan memajukan hasil produksi dalam negeri, serta saya tidak akan melakkukan transaksi apapun yang berbau riba, dan saya tidak akan terlibat dalam berbagai bentuk kemewahan hidup yang berada di luar kemampuan saya.
7.Saya yaqin bahwa seoraang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya dan merupakan kewajibannya untuk menjaga kesehatan, akidah dan akhlak mereka. Saya akan memboikot semua buk, surat kabar, publikasi, lembaga, tim, klub yang bertentangan denga ajaran Islam.
8.kewajiban seorang muslim adalah menghidupkan kembali kejayaan dan kemulyaan Islam, membangkitkan ummatnya dan menerapkan syariatnya.bendera Islam harus berkibar di mana-mana, dan tugas setiap muslim adalah mengasuh dunia dengan kaidah Islam yang luhur.
9.Saya berjanji akan berjihat untuk menjalankan misis ini selama hidup dan untuk itu saya rela mengorbankan seluruh yang saya miliki.
10.Saya yaqin bahwa seluruh kaum muslimin adalah umat yang stu, yang diikat oleh akidah Islamiiyah, dan Islam menyuruh kepada pengikutnya untuk berbuat baikkepada semua orang.
11.Saya yaqin bahwa salah satu penyebab keterbelakangan umat Islam ialah karena mereka menjauh dari agama mereka sendiri. Pokok perbaikannya ialah kemballi kepada ajaran Islam dan hukumnya. Semua ini bisa diwujudkan bila kaum muslimin mau melakukannya.


Sepuluh Waiat Hasan Al- Banna


1.Dalam kondisi bagaimanapun, dirikanlah shalat ketika mendengar adzan.
2.Baca atau dengarkan Al- Qur’an dan ingatlah Allah jangan habiskan sebagian baktu untuk hal-hal yang tidak berguana.
3.Berusahalah untuk bisa berbicara bahasa Arab fushah, sebab itu termasuk doktrin Islam.
4.Jangan memperbanyak debat dalam setiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamerkepandaian dan apa yang dinamakan riya’ itu tidak akan mendatangkan kebaikan sama sekali.
5.Jangan bayak tertawa, sebab hati yang berintraksi dengan Allah adalah hati yang tenang dan khusyuk.
6.Jangan bergurau sebab sebuah ummat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan.
7.Jangan mengeraskan suara melebihi apa yang dibutuhkan pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan orang lain.
8.jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakan selain kebaikannya.
9.Kenalkan diri anda kepada saudara seiman dan seperjuangan walaupun anda tidak dituntut, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan kenal.
10.Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang tersedia, maka bantulah saudaramuy untuk mengunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda memiliki kepentinga (tugas) selsaikan segera.

Biografi Hasjim Asj'ari (1871-1947)



Lahir di Nggedang, Jombang, Jawa Timur. Belajar ilmu agama di berbagai pesantren Jawa Timur dan berangkat ke Mekkah pada 1892, dimana dia menetap, dengan selang waktu sebentar saja, lebih dari tujuh tahun. Sambil belajar kepada para guru Indonesia dan Arab yang paling terkemuka di sana, dia juga mengajar orang Indonesia yang lebih muda. Sekembalinya ke tanah air, dia mengajar selama beberapa tahun (1903-1906) di Kemuning (Kediri), dan kemudian mendirikan pesantren sendiri di Tebuireng dekat Jombang (izin resminya dikeluarkan tahun 1906, tetapi pesantren ini konon sudah berdiri sebelumnya, menurut Akarhanaf sudah sejak 1899). Sejak saat itu dia jarang meninggalkan Tebuireng kecuali untuk perjalanan dagang rutin ke Surabaya.
Karena dianggap sebagai orang paling berilmu di antara ulama Jawa, Kiai Wahab Chasbullah (saudara sepupu dan juga muridnya) memerlukan parsetujuan Kiai Hasjim dan bahkan mengharapkan partisipasi aktifnya dalam pembentukan NU. Kiai Hasjim memimpin rapat pembentukan NU, dan memegang posisi Rois Aam sampai akhir hayatnya. Ketika Masyumi berdiri (1943), dia juga menjadi pimpinannya, tetapi tetap di Tebuireng dan menyerahkan pekerjaan-pekerjaan praktis kepada para wakilnya, salah seorang di antaranya adalah Wahid Hasjim, putranya sendiri.
(Gunseinkabu 1986: 435; Akarhanaf 1950; Aboebakar 1957: 61-119; Salam 1963; Soekadri, 1979/1980; Dhofier 1982: 92-9)

Biografi KH. Abdullah Gymnastiar



KH. Abdullah Gymnastiar, lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1962 dari pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati, sebuah keluarga yang dikenal relijius dan disiplin. Tak ingin disebut Kiai, atau Ustad, karenanya lebih dikenal dengan panggilan Aa Gym. Dari pernikahannya dengan Ninih Muthmainnah Muhsin cucu KH. Mohamad Tasdiqin (Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan), Aa Gym dikaruniai enam orang anak, yakni Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, dan Ghaza Muhammad Al-Ghazali. Tak ketinggalan, lima orang anak yatim ikut tinggal menjadi anak asuh di keluarga ini.
Latar belakang pendidikan Aa Gym memang tidak dibesarkan atau dididik di lingkungan pesantren yang ketat terutama pesantren dalam pengertian tradisional. Bahkan, guru pertama yang diakuinya adalah adiknya sendiri, Agung Gunmartin, seorang yang cacat, lumpuh, matanya juling, yang telinganya hampir tuli, yang tidak bisa bergerak. Namun adiknya ini sangat gigih, tetap rajin kuliah dan tak pernah lepas shalat tahajudnya. Meskipun untuk bernapas sudah susah sekali, dia tetap mendisiplinkan diri untuk ke masjid. Aa Gym dengan setia menggendong adiknya baik ke masjid maupun ke kampus.
Lama kelamaan, keadaan sang adik terus melemah, duduk pun sudah tidak bisa. Tangannya menjadi tidak bisa digerakkan lagi. Namun demikian, kondisi ini dihadapi sang adik dengan penuh kesabaran, tanpa mengeluh. "Sampai akhirnya dia meninggal di pangkuan saya, betul-betul adik saya itu meninggal di pangkuan saya ketika menghembuskan nafas terakhirnya." kata Aa Gym.
Pencarian jati diri Aa Gym memang diwarnai dengan beberapa peristiwa ‘aneh’, seolah-olah Allah sudah mempersiapkan dirinya untuk menjadi pejuang di jalan-Nya. Bermula dari sebuah pengalaman langka: nyaris sekeluarga ibu, adik dan dirinya sendiri pada suatu ketika dalam tidur mereka secara bergiliran bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. … Sang Ibu mendapati Rasulullah sedang mencari-cari seseorang… pada malam lainnya, giliran salah seorang adiknya bermimpi Rasulullah mendatangi rumah mereka. Ketika itu ayahnya langsung menyuruh Gymnastiar, "Gym, ayolah temani Rasul." Ketika ditemui, ternyata Rasul menyuruhnya untuk menyeru orang mendirikan shalat. Beberapa malam setelah itu, Aa Gym memimpikan hal yang sama. Dalam mimpinya dia sempat ikut shalat berjamaah dengan Rasulullah dan keempat sahabat: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. "Saya berdiri disamping Sayidina Ali, sementara Rasulullah bertindak sebagai imam." katanya. Namun, sebelum mimpi ini, terlebih dahulu Aa Gym bermimpi didatangi seorang tua berjubah putih bersih yang kemudian mencuci mukanya dengan ekor bulu merak yang disaputi bulu madu. Setelah itu, orang tersebut berkata bahwa insya Allah, kelak dia akan menjadi orang yang mulia.
Setelah peristiwa mimpi itu, mulai banyak peristiwa lain yang mengoncangkan batinnya. Masa-masa penuh peristiwa spiritual itu dijalani selama beberapa saat, yang membuat benar-benar ‘mabuk kepayang’ kepada Allah SWT. Selama dalam proses itulah, Aa Gym bertemu dengan empat orang ulama yang sangat mengerti keadannya, yang mengatakan bahwa Aa Gym telah dikaruniai ilmu laduni, yakni dengan secara langsung dibukakan hati untuk mengenal-Nya, tanpa melalui proses riyadhah. Demikian juga KH. Khoer Affandi, ulama tasawuf terkenal yang semasa hidupnya adalah pemimpin Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, mengatakan bahwa dirinya telah dikaruniai ma’rifatullah.
Beberapa saat setelah menimba ilmu kepada keempat ulama itu, Allah swt mengaruniakan kemudahan sehingga lidah dan pikirannya dimudahkan untuk menjelaskan segala sesuatu.

Biografi Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab



Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, dia melanjutkan pendidikan menengahnya di alang,sambil "nyantri" di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah. Pada 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Pada 1967, dia meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Quran dengan tesis berjudul Al-I 'jaz Al-Tasyri'iy li Al-Qur an Al-Karim.

Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, dia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain, penelitian dengan tema "Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur" (1975) dan "Masalah Wakaf Sulawesi Selatan" (1978).

Pada 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa'iy, Tahqiq wa Dirasah, dia berhasil meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu Al-Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtat ma'a martabat al-syaraf al-'ula).

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, dia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashih Al-Quran Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua Lembaga Pengembangan. Dia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari'ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Di sela-sela segala kesibukannya itu, dia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri.

Yang tidak kalah pentingnya, Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis-menulis. Di surat kabar Pelita, pada setiap hari Rabu dia menulis dalam rubrik "Pelita Hati." Dia juga mengasuh rubrik "Tafsir Al-Amanah" dalam majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah. Selain itu, dia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur'an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, hingga kini sudah tiga bukunya diterbitkan, yaitu Tafsir Al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1984); Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987); dan Mahhota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah) (Jakarta: Untagma, 1988).

Yang tak kalah pentingya, Quraish Shihab sangat aktif sebagai penulis. Beberapa buku yang sudah Ia hasilkan antara lain :

1. Tafsir Al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1984)
2. Filsafat Hukum Islam (Jakarta:Departemen Agama, 1987);
3. Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah) (Jakarta:Untagma, 1988)
4. Membumikan Al Qur'an (Bandung:Mizan, 1992) . Buku ini merupakan salah satu Best Seller yang terjual lebih dari 75 ribu kopi.
5. Tafsir Al-Mishbah, tafsir Al-Qur’an lengkap 30 Juz (Jakarta: Lentera Hati)

www.wikipwdia.org
http://media.isnet.org

Biografi Dr. Muhammad Syafii Antonio, MS



Saya lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 mei 1965. Nama asli saya Nio Cwan Chung. Saya adalah WNI keturunan Tionghoa. Sejak kecil saya mengenal dan menganut ajaran Konghucu, karena ayah saya seorang pendeta Konghucu. Selain mengenal ajaran Konghucu, saya juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Saya sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Kerena terlalu sering memperhatikan tanpa sadar saya diam-diam suka melakukan shalat. Kegiatan ibadah orang lain ini saya lakukan walaupun saya belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.

Kehidupan keluarga saya sangat memberikan kebebasan dalam memilih agama. Sehingga saya memilih agama Kristen Protestan menjadi agama saya. Setelah itu saya berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. Kepindahan saya ke agama Kristen Protestan tidak membuat ayah saya marah. Ayah akan sangat kecewa jika saya sekeluarga memilih Islam sebagai agama. Sikap ayah saya ini berangkat dari image gambaran buruk terhadap pemeluk Islam. Ayah saya sebenarnya melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dilihat dari sisi Al Qur’an dan hadits. Tapi, ayah saya sangat heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya.

Gambaran buruk tentang kaum muslimin itu menurut ayah saya terlihat dari banyaknya umat Islam yang berada dalam kemiskinan,keterbelakangan,dan kebodohan. Bahkan, sampai mencuri sandal di mushola pun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Jadi keindahan dan kebagusan ajaran Islam dinodai oleh prilaku umatnya yang kurang baik. Kendati demikian buruknya citra kaum muslimin di mata ayah, tak membuat saya kendur untuk mengetahui lebih jauh tentang agama islam.

Untuk mengetahui agama Islam, saya mencoba mengkaji Islam secara komparatif (perbandingan) dengan agama-agama lain. Dalam melakukan studi perbandingan ini saya menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa. Sengaja saya tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya.

Berdasarkan tiga pendekatan itu, saya melihat Islam benar-benar agama yang mudah dipahami ketimbang agama-agama lain. Dalam Islam saya temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhid. Selain itu, saya sangat tertarik pada kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur’an. Kitab suci ini penuh dengan kemukjizatan, baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra, data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya. Ajaran Islam juga memiliki system nilai yang sangat lengkap dan komprehensif, meliputi system tatanan akidah, kepercayaan, dan tidak perlu perantara dalam beribadah.

Dibanding agama lain, ibadah dalam islam diartikan secara universal. Artinya, semua yang dilakukan baik ritual, rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan siar Allah, nilainya adalah ibadah. Selain itu,disbanding agama lain, terbukti tidak ada agama yang memiliki system selengkap agama Islam. Hasil dari studi banding inilah yang memantapkan hati saya untuk segera memutuskan bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab persoalan hidup.

Masuk Islam Setelah melakukan perenungan untuk memantapkan hati, maka di saat saya berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, saya putuskan untuk memeluk agama Islam. Oleh K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali saya dibimbing untuk mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada tahun 1984. Nama saya kemudian diganti menjadi Syafii Antonio. Keputusan yang saya ambil untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Ternyata mendapat tantangan dari pihak keluarga. Saya dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi.

Perlakuan keluarga terhadap diri saya tak saya hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang saya ambil. Alhamdulillah,perlakuan dan sikap saya terhadap mereka membuahkan hasil. Tak lama kemudian mama menyusul jejak saya menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Setelah mengikrarkan diri, saya terus mempelajari Islam, mulai dari membaca buku, diskusi, dan sebagainya. Kemudian saya mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, dibawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar. Lulus SMA saya melanjutkan ke ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itupun tidak lama, kemudian saya melanjutkan sekolah ke University of yourdan (Yordania).

Selesai studi S1 saya melanjutkan program S2 di international Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam. Selesai studi, saya bekerja dan mengajar pada beberapa universitas. Segala aktivitas saya sengaja saya arahkan pada bidang agama. Untuk membantu saudara-saudara muslim Tionghoa, Saya aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi dan pembinaan. Mulai dari bimbingan shalat, membaca Al-Qur’an, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, hingga informasi mengenai agama Islam.

Sumber : muallaf.com

Haji Abdul Malik Karim Amrullah



Haji Abdul Malik Karim Amrullah (atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA, yakni singkatan namanya), lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik.

Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.

Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Daftar isi
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.

Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.

Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.

Daftar Karya Buya Hamka

1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2. Si Sabariah. (1928)
3. Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4. Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5. Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6. Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7. Hikmat Isra' dan Mikraj.
8. Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10. Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.
11. Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12. Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13. Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
14. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
15. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
16. Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
17. Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
18. Tuan Direktur 1939.
19. Dijemput mamaknya,1939.
20. Keadilan Ilahy 1939.
21. Tashawwuf Modern 1939.
22. Falsafah Hidup 1939.
23. Lembaga Hidup 1940.
24. Lembaga Budi 1940.
25. Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepun 1943).
26. Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
27. Negara Islam (1946).
28. Islam dan Demokrasi,1946.
29. Revolusi Pikiran,1946.
30. Revolusi Agama,1946.
31. Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
32. Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
33. Didalam Lembah cita-cita,1946.
34. Sesudah naskah Renville,1947.
35. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
36. Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
37. Ayahku,1950 di Jakarta.
38. Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
39. Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
40. Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
41. Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.
42. Kenangan-kenangan hidup 2.
43. Kenangan-kenangan hidup 3.
44. Kenangan-kenangan hidup 4.
45. Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
46. Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
47. Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
48. Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
49. Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
50. Pribadi,1950.
51. Agama dan perempuan,1939.
52. Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
53. 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
54. Pelajaran Agama Islam,1956.
55. Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
56. Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
57. Empat bulan di Amerika Jilid 2.
58. Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
59. Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
60. Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
61. Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
62. Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
63. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
64. Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
65. Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
66. Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
67. Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
68. Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
69. Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.
70. Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
71. Himpunan Khutbah-khutbah.
72. Urat Tunggang Pancasila.
73. Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
74. Sejarah Islam di Sumatera.
75. Bohong di Dunia.
76. Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
77. Pandangan Hidup Muslim,1960.
78. Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
79. [Tafsir Al-Azhar][1] Juzu' 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Sukarno.

Aktivitas lainnya

* Memimpin Majalah Pedoman Masyarakat, 1936-1942
* Memimpin Majalah Panji Masyarakat dari tahun 1956
* Memimpin Majalah Mimbar Agama (Departemen Agama), 1950-1953
* Tafsir Al-Azhar Online

Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, terbitan Yayasan Nurul Islam, cetakan kedua 1979.


Sumber : wikipedia